Dalam rangka ingin menghilangkan penat akibat tumpukan kerjaan sebelumnya, Mas Suami mengajak saya untuk main-main di daerah Lembang. Tipikal Mas Suami, kalau ingin melepas stres, doi pasti cari destinasi yang jauh dari keramaian, lebih senang melihat alam, pohon-pohon hijau dan menikmati udara segar. Singkat cerita, kami akhirnya memutuskan untuk liburan di daerah Lembang selama 4 hari 3 malam.
Ada beberapa pilihan saat kita mencari tempat menginap, yaitu Sapulidi Resort, Imah Seniman Resort, dan Gunung Putri Hotel. Tapi, karena kami berdua senang eksperimen, akhirnya kami memutuskan untuk menginap semalam di Sapulidi, semalam di Imah Seniman, dan malam terakhir di Gunung Putri Hotel. Sayangnya yang terakhir gak terwujud karena kami harus cepat-cepat pulang ke Bandung.
Pertama kali saya tahu Sapulidi ini sewaktu SMP. Kala itu, teman saya merayakan ulang tahunnya di sana, tepatnya di restorannya. Makanya, selama ini saya selalu berpikir kalau Sapulidi adalah tempat makan, bukan resort atau semacamnya. Sampai akhirnya 2 orang teman saya sempat cerita kalau mereka pernah honeymoon di Sapulidi, menginap di sana, dan memiliki kesan yang positif. Karena penasaran, akhirnya saya booking 1 kamar tipe Suite Lake View dengan harga 670.000 via Traveloka.
Informasi Resort :
Nama : Sapulidi Cafe,Resort & Gallery
Alamat : Kompleks Graha Puspa, Jalan Sersan Bajuri, Cihideung, Lembang, Cihideung, Parongpong, Bandung, Jawa Barat 40559
Sapulidi Resort ini terletak di lereng hijau yang subur di Lembang dengan konsep menyatu dengan alam. Resort ini mempunyai 23 kamar dengan 4 tipe. Setiap kamar didesain dengan gaya Joglo-Jawa. Tipe Suite Lake View yang saya pilih termasuk tipe yang banyak jadi favorit orang. Kamar berukuran sekitar 63 m2 ini berada di pinggir danau. Balkon yang terbuat dari kayu, menjadi pembatas antara kamar dan danau, dan tempat ini jadi spot favorit kami untuk ngadem, nyemil, dan ngobrol santai, ataupun serius.
Begitu masuk ke dalam kamar, terdapat ruang tengah yang cukup luas. Terdapat kursi dan meja pijat, kalau-kalau kalian minat untuk dipijat. Lantainya dari kayu, bikin udara terasa semakin sejuk. Di kamar ini gak ada AC, tentu saja, dengan udara sesejuk ini, siapa yang butuh AC?
Fasilitas kamarnya sendiri sih standar, kasur tipe king, TV, meja, kursi, pembuat teh/kopi, air mineral, dan wi-fi, walaupun jangan berharap banyak sama wi-finya, masih kalah sama sinyal three. Lalu untuk fasilitas kamar mandinya, kebetulan saya dapat kamar yang ada bathtubnya. Bathtubnya ini bukan bathtub pada umumnya. Kalau bisa dibilang, ini semacam bathtub DIY, terbuat dari keramik-keramik biasa yang dibentuk menyerupai bak. Kalau gak ada shower dan gorden penutupnya, mungkin saya juga akan berpikir itu bak mandi. Bathtub DIY ini sebenarnya bersih, tapi warna cat dan keramik yang sudah lama, bikin bathtub ini kelihatan kotor.
Saya punya pengalaman lucu dengan bathtub ini, bathtub yang menurut saya useless. Ukurannya cukup besar, mungkin muat sampai 2/3 orang. Tapi, air yang keluar dari kerannya, pelan dan kecil banget. Ya kira-kira aja, bak segede gitu, dengan aliran air keran yang semenel, kapan penuhnya? Setelah saya cobapun, 2 jam juga gak nyampai setengahnya penuh. Kan males juga ya. Air panasnya pun gak begitu panas, jadi ya bathtub ini saya masih bingung fungsinya buat apa. Teruntuk pihak Sapulidi, kalau-kalau ada yang baca tulisan saya ini, mbo ya kalau bikin bathtub ya jangan setengah-setengah gitu loh. Jadinya kemarin saya cuma rendem-rendem telapak kaki doang. Lumayan lah buat ngilangin pegal-pegal kaki. Atau jangan-jangan memang itu tujuannya?
Beralih dari bathtub yang gak ada fungsinya, sedih saya terobati saat saya makan malam di restorannya. Suasananya tenang, lagu yang diputapun bikin suasana makin adem, salah satunya mereka memutar albumnya Yiruma, pianis favorit saya. Selain itu, makanannya termasuk 'niat' untuk ukuran resort dan resto. Saya pikir, harganya bakal mahal dengan kualitas seadanya, tapi ternyata enggak. Harganya standar, untuk cemilan mulai dari 10.000an, gak bikin bangkrut-bangkrut amat. Cuma memang untuk masakan yang bahan dasarnya ikan, hitungannya per ons, bukan per ekor, jadi sudah pasti mahal. Seperti misalnya menu Ikan Goreng Sambel Hejo yang harganya 15.000 per ons ya, dan kata pelayannya, berat 1 ekor paling kecil itu 8 ons, jadi kira-kira untuk 1 ekor Ikan Goreng Sambel Hejo, harganya sekitar 120.000. Tapi kan 1 ekor itu besar, jadi kalau kalian ke sini ramai-ramai, mungkin bisa coba. Kalau saya kemarin, karena sudah kenyang, hanya pesan cemilan-cemilan, seperti jagung bakar, ketan bakar, lumpia besar, mie tek tek, skoteng, dan teh hangat. Alhamdulillah dari semua yang saya pesan, gak ada yang mengecewakan, kecuali jagungnya yang kurang dibumbui saus.
Setelah kami makan malam, tentu saja kami balik lagi ke spot favorit, balkon! Kalau berdua sama pasangan kerasa romantis, apalagi pemandangan danau di malam hari dengan lampu-lampu kamar lainnya, bikin suasana semakin romantis. Tapi, setelah dipikir-pikir, sebenarnya antara romantis dan seram jadi beda tipis. Saking sunyinya, saya cuma bisa dengar suara air danau yang keciprak-keciprak dan suara pohon-pohon yang kena angin.
Besok paginya, saya memang sudah berencana untuk naik perahu. Di Sapulidi ini disediakan perahu, boleh naik sendiri, ataupun dinaikin (?), maksudnya didayungin sama timnya Sapulidi. Karena didayungin orang itu kurang menantang, akhirnya kami memutuskan untuk mendayung sendiri, yang berakhir dengan muter-muter di satu tempat, nyeruduk pohon-pohon, dan kesulitan untuk menepi. Ya gitu deh, pelajaran bagi kamu, bahwa untuk mendayung gak bisa cuma modal sotoy. Tapi, seru kok! Asal jangan sampai oleng dan nyebur ke danau aja. Btw, saya lupa bilang, kalau danaunya ini dipenuhi ikan-ikan, dan ikannya guede-guede!
Overall, saya menikmati bermalam di Sapulidi Resort, karena suasananya yang tenang dan udaranya sejuk. Makanannya enak dan gak begitu mahal. Hanya mungkin akan lebih baik jika bathtubnya difungsikan sebagaimana mestinya, kan abis dingin-dinginan di Lembang enaknya langsung berendam, ya gak?